KURSUS FOREX INDONESIA
DUA NASEHAT
Saat awal-awal mencoba peruntungan dalam bidang usaha diluar trading forex, sekali pernah saya mendapat nasehat dari pengusaha asal Jogjakarta yang tentu lebih pengalaman. Tak hanya satu, tapi dua sekalian. “Kalau nanti kamu sukses, jangan lakukan dua hal ini,” ujarnya.
Nasehat pertama: jangan terjun ke politik. Dulu, setelah pengusaha itu sukses dan bergelimang uang, ia punya bayangan ideal. Misalnya, memajukan pendidikan, membantu fakir miskin, meningkatkan kualitas hidup ibu dan anak. Tapi dari semua usahanya, selalu ada benang merah yang menghalangi, yaitu urusan birokrasi dengan pemerintah daerah. Karena sudah muak, dia akhirnya bergabung dengan salah satu partai politik dan maju jadi wakil rakyat. Tapi, ongkos ini tentu tak murah. Pertama, kalangan partai tahu ia pengusaha sukses di daerah. Sebelum bergabung, ia biasa diperas duit ‘receh’ oleh beberapa partai. Apalagi setelah bergabung, makin keras perasannya. Ia mengaku tak masalah, asal misinya berhasil. Duit yang mengucur makin deras. Pundi-pundinya mulai berkurang. Nasib visinya? Nihil besar. Sampai akhirnya dia menyadarinya dan berhenti dari aktifitas politik.
BELAJAR FOREX YOGYAKARTA
Nasehat kedua: jangan poligami. Kalau kamu punya istri yang sudah mendampingimu sejak merintis nasib, pertahankan dan jangan beralih. “Perjuangkan yang menemanimu mendaki, bukan yang menunggumu di puncak.”
Saat nasibnya sedang di puncak, pengusaha itu dengan mudahnya menarik wanita-wanita bohai. Dari banyak wanita yang menarik hatinya, satu ia pilih dijadikan istri kedua. Tentu istri pertama tak sepakat. Tapi, kenekatan memang tak butuh kesepakatan. Dia akhirnya poligami.
Hasilnya, seperti tulisan di bokong truk; ‘Dua anak cukup, dua istri bangkrut’. Tak hanya bangkrut finansial, pengusaha itu juga bangkrut secara sosial. Jelas, ia makin repot ngurusi dua keluarga. Sebagian besar kolega bisnisnya menjauh. Ia bangkrut, hidupnya semrawut. Setelah intropeksi, dia menyadari, saat mengambil istri kedua, alasan agama hanya kedok saja.
Alasan poligami karena mengikuti sunah nabi, mudah dipatahkan. Kalo istri kedua itu lebih muda dan lebih cantik, udah ga usah ngomong dasar-dasar agama. “Itu nafsu.” Kalau memang mau mengangkat derajat perempuan yang belum menikah, atau janda-janda muda, ga harus dikawinin. Temukan saja dengan sesama jomblo yang sedang cari pasangan. Kalo mereka cocok dan mau nikah, biayai pernikahan mereka. Dengan segala hormat saya tidak men-CC para jomblowan dan jomblowati. Hehe.
Saat nasibnya sedang di puncak, pengusaha itu dengan mudahnya menarik wanita-wanita bohai. Dari banyak wanita yang menarik hatinya, satu ia pilih dijadikan istri kedua. Tentu istri pertama tak sepakat. Tapi, kenekatan memang tak butuh kesepakatan. Dia akhirnya poligami.
Hasilnya, seperti tulisan di bokong truk; ‘Dua anak cukup, dua istri bangkrut’. Tak hanya bangkrut finansial, pengusaha itu juga bangkrut secara sosial. Jelas, ia makin repot ngurusi dua keluarga. Sebagian besar kolega bisnisnya menjauh. Ia bangkrut, hidupnya semrawut. Setelah intropeksi, dia menyadari, saat mengambil istri kedua, alasan agama hanya kedok saja.
Alasan poligami karena mengikuti sunah nabi, mudah dipatahkan. Kalo istri kedua itu lebih muda dan lebih cantik, udah ga usah ngomong dasar-dasar agama. “Itu nafsu.” Kalau memang mau mengangkat derajat perempuan yang belum menikah, atau janda-janda muda, ga harus dikawinin. Temukan saja dengan sesama jomblo yang sedang cari pasangan. Kalo mereka cocok dan mau nikah, biayai pernikahan mereka. Dengan segala hormat saya tidak men-CC para jomblowan dan jomblowati. Hehe.